AZERBAIJANN – Ketua DPR RI, Puan Maharani, menyampaikan pidato dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-15 Majelis Parlemen Asia (Asian Parliamentary Assembly/APA) yang berlangsung di Gedung Milli Majlis, Azerbaijan, Baku.
Dalam forum ini, Puan menyoroti pentingnya kesetaraan antarnegara serta urgensi perdamaian global, termasuk bagi Palestina.
Puan bersama para ketua parlemen negara-negara Asia tiba di lokasi acara menggunakan shuttle bus dari penginapan mereka. Upacara pembukaan berlangsung pada Rabu (19/2/2025) pagi waktu setempat, dipimpin oleh Ketua Parlemen Azerbaijan, Sahiba Gafarova, yang juga menjabat sebagai Presiden APA tahun ini.
Dalam sesi pidato, Puan mendapat giliran berbicara setelah Ketua Parlemen Bahrain dan Bhutan.
Dalam pidatonya, Puan mengawali dengan apresiasi terhadap Azerbaijan yang menjadi tuan rumah pertemuan penting ini.
“Pertama dan terutama, saya ingin menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Milli Majlis Republik Azerbaijan karena telah menjadi tuan rumah Sidang Pleno ke-15 Majelis Parlemen Asia (APA),” kata Puan.
KTT APA ke-15 kali ini mengusung tema “Peran Diplomasi Parlemen dalam Memperkuat Kerja Sama Multilateral di Asia.” Puan menyoroti bahwa masyarakat dunia, termasuk Asia, saat ini menghadapi era ketidakpastian yang membawa dampak besar di berbagai sektor, termasuk hubungan internasional.
“Tahun ini, kita telah memasuki akhir kuartal pertama abad ke-21, periode yang penuh dengan peluang sekaligus tantangan,” ujar Puan, yang juga merupakan perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI.
Puan menegaskan bahwa meskipun dunia mengalami banyak kemajuan, berbagai krisis masih menjadi tantangan besar, seperti persaingan kekuatan besar, perang, bencana alam, dan perubahan iklim.
“Sebagian orang mungkin bertanya, ke mana kita akan melangkah dari sini? 25 tahun ke depan akan menjadi momen krusial. Apakah kita mampu mewujudkan Abad Asia, yang damai, stabil, dan sejahtera?” tutur Puan.
Menurut Puan, dunia saat ini semakin multipolar, memberikan peluang bagi negara berkembang untuk berperan lebih besar dalam urusan internasional.
“Kita perlu memastikan bahwa multipolaritas membawa kesetaraan bagi semua negara dan tidak menciptakan hegemoni kekuatan besar,” tegasnya.
Namun, Puan mengingatkan bahwa tanpa sistem multilateral yang kuat dan efektif, multipolaritas justru bisa memicu ketidakstabilan global. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya multilateralisme yang berbasis pada hukum internasional.
“Di era krisis berganda ini, kita harus memperkuat kerja sama internasional dan menghindari tindakan sepihak. Kita tidak boleh memajukan kepentingan nasional dengan mengorbankan negara lain,” jelasnya.
Puan juga menggarisbawahi bahwa kerja sama multilateral harus menjadi platform bagi komunitas internasional untuk berkolaborasi dalam menghadapi tantangan global.
Lebih lanjut, Puan menyoroti bahwa di tengah berbagai organisasi sub-regional di Asia, APA memiliki peran unik sebagai wadah yang mencakup seluruh parlemen Asia.
“Diplomasi parlementer di APA berpotensi menjadi jembatan kerja sama antara organisasi-organisasi sub-regional di Asia,” ujarnya.
Melalui APA, parlemen di Asia dapat berdiskusi tentang berbagai isu penting, mulai dari perdamaian, ketahanan pangan, hingga perlindungan lingkungan. Puan juga menegaskan pentingnya membahas kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam forum ini.
“Di saat yang sama, kita perlu memberikan ruang bagi diskusi tentang pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender di APA,” tambahnya.
Puan berharap diskusi dalam forum ini dapat diterjemahkan ke dalam kebijakan nyata di negara masing-masing, sehingga parlemen Asia dapat berkontribusi dalam menciptakan stabilitas dan kepastian di kawasan.
“Dengan berdiskusi dan berkonsultasi satu sama lain, kita dapat lebih memahami kebijakan masing-masing negara. Ini adalah kontribusi penting, karena perdamaian dan stabilitas merupakan prasyarat utama bagi pembangunan dan kemakmuran,” terang Puan.
Dalam pidatonya, Puan juga menegaskan bahwa diplomasi parlementer harus aktif berkontribusi dalam menciptakan perdamaian yang adil dan langgeng.
“Kita harus mendukung penyelesaian damai atas perang dan konflik, termasuk di Gaza, Ukraina, dan berbagai belahan dunia lainnya,” tegasnya.
Terkait Palestina, Puan menyerukan agar seluruh parlemen Asia memastikan bahwa gencatan senjata di Gaza dihormati serta menjamin akses bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina.
“Kita juga harus menolak gagasan untuk merelokasi penduduk Gaza dari tanah air mereka,” tukasnya.
Selain menghadiri sesi pleno, Puan juga melakukan serangkaian pertemuan bilateral dengan sejumlah ketua parlemen negara Asia. Sehari sebelum acara, ia telah bertemu Ketua Parlemen Azerbaijan, Sahiba Gafarova. Sementara pada hari ini, Puan dijadwalkan bertemu Ketua Parlemen Belarus dan Bahrain.
Setelah sesi inagurasi, seluruh delegasi diundang menghadiri jamuan makan siang oleh Parlemen Azerbaijan. KTT APA ke-15 di Baku akan berlangsung hingga 21 Februari 2025, dengan agenda pertemuan Dewan Eksekutif APA, sesi pleno, serta pembahasan berbagai resolusi mengenai isu politik, ekonomi, anggaran, dan sosial.
Dalam kegiatan ini, Puan didampingi oleh Wakil Ketua Komisi IX DPR, Charles Honoris, serta Anggota Komisi III DPR, Gilang Dhielafararez. Pada akhir konferensi, akan diadopsi Deklarasi Baku serta laporan akhir Sekretariat APA yang menjadi hasil dari pertemuan parlemen se-Asia. ***
Penulis : lazir
Editor : ameri