Mendikti Saintek Pastikan Efisiensi Anggaran Tanpa Mengurangi Kualitas Pendidikan
- account_circle Redaksi Rentak
- calendar_month Sab, 8 Mar 2025

Mendikti Saintek berbincang dengan media soal efisiensi anggaran (lazir)
JAKARTA – Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek), Brian Yuliarto, menegaskan bahwa kebijakan efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah tidak akan mengurangi substansi dan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.
Presiden Prabowo Subianto telah menekankan bahwa sektor pendidikan harus tetap menjadi prioritas, dan tidak boleh ada pengurangan yang berdampak negatif terhadap mutu pendidikan.
“Itu pasti, ketika ada manajemen baru, pasti akan melihat dan menyesuaikan fokus. Tapi secara prinsip, arah pembangunan tetap sama, yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang setara dan sejahtera,” ujar Brian saat berbincang dengan media Graha Diktiristek Gedung D Lantai 2 Kemdiktisaintek Jalan Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, Jumat petang (7/3/2025).
Menurutnya, efisiensi anggaran bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan dana agar lebih efektif dan tepat sasaran.
Brian menjelaskan bahwa pemangkasan anggaran yang dilakukan lebih banyak menyasar biaya operasional yang tidak secara langsung berdampak pada pendidikan, seperti perjalanan dinas, penyewaan hotel untuk konferensi, dan berbagai pertemuan yang bisa dilakukan secara daring.
“Kami melihat ini sebagai hal yang biasa dalam proses pemerintahan. Presiden sudah menyampaikan bahwa di sektor pendidikan tidak ada pengurangan yang memengaruhi kualitas. Jangan sampai ada standar yang turun,” katanya.
Sebagai gambaran, data Kementerian Keuangan mencatat bahwa belanja perjalanan dinas pemerintah pada tahun 2023 mencapai Rp41,45 triliun. Dengan mengurangi anggaran untuk perjalanan dan rapat-rapat yang tidak mendesak, pemerintah dapat mengalokasikan dana ke sektor yang lebih krusial.
Salah satu aspek yang tidak terkena pemangkasan adalah program sekolah unggulan, yang tetap berjalan sesuai jadwal dan bahkan diperkuat. Brian memastikan bahwa efisiensi tidak menyentuh sektor-sektor penting seperti pendidikan dasar dan menengah berkualitas.
“Sekolah unggulan tetap sesuai jadwal, bahkan kita perkuat lagi supaya hasilnya lebih baik. Ini sudah menjadi bagian dari fokus pemerintah,” jelasnya.
Selain itu, pembangunan infrastruktur pendidikan seperti ruang kelas dan laboratorium juga tetap berjalan. Pemerintah berkomitmen memastikan sarana dan prasarana pendidikan tetap optimal guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
Salah satu upaya efisiensi yang sedang dikaji adalah mekanisme berlangganan jurnal akademik bagi perguruan tinggi. Saat ini, banyak universitas di Indonesia yang berlangganan jurnal ilmiah secara terpisah, meskipun dalam satu universitas bisa ada beberapa fakultas yang berlangganan jurnal yang sama.
“Kita lihat lagi, jangan sampai ada pemborosan. Misalnya satu universitas berlangganan jurnal yang sama dengan fakultas lain, padahal itu bisa dikolaborasikan untuk lebih efisien. Kenapa tidak digabungkan atau bahkan berlangganan secara nasional?” ujar Brian.
Sebagai contoh, biaya langganan jurnal ilmiah internasional seperti Elsevier, Springer, dan IEEE bisa mencapai ratusan juta rupiah per tahun per universitas. Pemerintah sedang berdiskusi dengan Perpustakaan Nasional untuk mencari solusi agar akses jurnal bisa lebih luas dengan biaya yang lebih hemat.
“Jangan sampai universitas-universitas kita kesulitan mengakses jurnal ilmiah hanya karena kendala biaya. Ini sedang kami analisis supaya lebih efisien dan bermanfaat bagi semua,” tegasnya.
Brian menekankan bahwa pendidikan tinggi harus terus beradaptasi dengan perkembangan zaman, termasuk dengan memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
“Kita jangan berdiri di zona nyaman. Coba analisis lagi program-program yang ada, barangkali justru bisa lebih efisien dan anggarannya bisa digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat,” ungkapnya.
Ia juga menekankan bahwa komunikasi dengan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi negeri (PTN), swasta, serta lembaga riset dan pendidikan, terus dilakukan agar kebijakan efisiensi tetap selaras dengan tujuan utama pembangunan pendidikan tinggi.
“Intinya, efisiensi ini bukan untuk mengurangi fungsi pendidikan, tetapi untuk memastikan anggaran digunakan secara optimal. Kita ingin pendidikan yang lebih baik, lebih inklusif, dan tetap berdaya saing,” pungkasnya. ***
- Penulis: Redaksi Rentak