JAKARTA – Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek, E. Aminudin Aziz, menyampaikan bahwa sepanjang tahun 2024, kata yang paling banyak dicari oleh masyarakat Indonesia adalah “kesehatan mental”.
Data menunjukkan bahwa lebih dari 6 juta pengguna internet mencari arti dan pemahaman terkait istilah tersebut.
“Sepanjang tahun ini, ada satu kata yang sangat menonjol dan paling sering dicari, yaitu ‘kesehatan mental’. Pencarian ini dilakukan oleh lebih dari 6 juta pengguna internet,” ujar Aminudin dalam Taklimat Media Capaian Kinerja Badan Bahasa Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan Kata, di Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (16/12/2024)
Menurut Aminudin, fenomena ini patut menjadi perhatian karena mencerminkan kondisi psikososial masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda yang akrab disebut Generasi Z.
Ia menjelaskan bahwa tingginya pencarian terhadap kata “kesehatan mental” tidak lepas dari dampak pandemi COVID-19, yang meskipun dinyatakan berakhir pada 2022 dan menjadi endemi, masih meninggalkan berbagai dampak psikologis.
“Generasi Z adalah kelompok yang paling aktif mencari informasi seputar kesehatan mental. Mereka tampak lebih sadar dan peduli terhadap kondisi mental mereka dan lingkungan sekitarnya, terutama setelah masa pandemi yang panjang,” jelasnya.
Selain “kesehatan mental”, terdapat beberapa kata lain yang juga populer sepanjang 2024, seperti “judon”, “naturalisasi”, dan beberapa istilah lainnya. Namun, pencarian mengenai kesehatan mental tetap mendominasi.
Pengaruh Media Sosial dan Pascapandemi
Aminudin menambahkan bahwa salah satu faktor utama yang mendorong peningkatan kesadaran terhadap kesehatan mental adalah pengaruh besar dari media sosial.
Masyarakat, terutama Generasi Z, kerap menghadapi berbagai informasi yang membanjiri platform digital, baik itu berita positif maupun negatif. Hal ini dapat memicu kecemasan, stres, dan tekanan psikologis.
“Banyaknya berita-berita pilihan yang tersebar di media sosial memengaruhi pola pikir masyarakat. Reaksi publik yang kuat terhadap informasi ini bisa berdampak negatif pada kesehatan mental,” ujar Aminudin.
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak 2020 telah membawa perubahan besar pada cara hidup dan kesejahteraan mental banyak orang. Ketidakpastian, isolasi sosial, serta tantangan ekonomi menjadi pemicu stres yang signifikan. Ketika pandemi berakhir, muncul kesadaran baru akan pentingnya menjaga kesehatan mental sebagai bagian dari kehidupan yang seimbang.
Kesadaran Baru di Kalangan Generasi Z
Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, dikenal sebagai generasi yang tumbuh bersama teknologi digital dan media sosial.
Mereka memiliki akses informasi yang luas dan lebih terbuka untuk membahas isu-isu kesehatan mental. Menurut berbagai survei, generasi ini cenderung lebih peduli terhadap kesejahteraan mental dibandingkan generasi sebelumnya.
Aminudin menilai bahwa meningkatnya pencarian terkait “kesehatan mental” menunjukkan adanya kebutuhan untuk memahami dan mengatasi masalah psikologis secara lebih serius. Banyak dari mereka yang mencari definisi, tips, serta solusi terkait kesehatan mental.
“Fenomena ini menunjukkan bahwa generasi muda kita benar-benar memperhatikan isu ini. Mereka ingin tahu lebih banyak tentang kesehatan mental, cara mengatasinya, dan bagaimana menjaga keseimbangan hidup di tengah tantangan digital dan sosial,” pungkasnya. ***






