RENTAK.ID, JAKARTA – Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebut di kalangan pemilih kritis, dukungan pada Ganjar Pranowo 37,9 persen, Prabowo Subianto 33,5 persen, dan Anies Baswedan 19,2 persen. Masih ada 9,4 persen yang belum menentukan pilihan.
Hal ini terungkap dari paparan Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, bertajuk ”Kualitas Popularitas dan Elektabilitas Bacapres di Pemilih Kritis,” Senin (5/6/2023).
Deni menjelaskan, suara Prabowo dan Ganjar seimbang, selisihnya tidak signifikan secara statistik karena kurang dari dua kali margin of error 3,3 persen (selisih di bawah 6.6 persen).
Deni mengungkap. suara Anies berbeda signifikan dengan kedua bakal calon presiden lainnya.
“Dalam 6 bulan terakhir, kesukaan pemilih kepada Anies cenderung makin lemah. Ini, menurut Deni, menjadi salah satu penjelas mengapa elektabilitas Anies cenderung melemah dalam periode ini,” kata Deni.
Sementara Ganjar dan Prabowo, lanjutnya, akan terus bersaing ketat dengan dukungan yang relatif seimbang.
Ganjar, sebut Deni, diperkirakan masih dapat menaikkan elektabilitas jika kedikenalannya naik. Di kalangan pemilih kritis, Ganjar baru dikenal 89 persen, sementara Prabowo 97 persen, dan Anies 91 persen.
“Dalam analisis pada kelompok pemilih yang tahu ketiga calon, Ganjar mendapat dukungan 42,2 persen, unggul signifikan atas Prabowo yang mendapatkan suara 32,1 persen, dan Anies 17,4 persen. Yang belum tahu 8,3 persen,” ucap Deni.
Di kelompok pemilih kritis yang tahu ketiga calon, elektabilitas Ganjar konsisten berada di atas Prabowo dan Anies. Pemilihan sampel dalam survei ini dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD).
Deni menjelaskan bahwa “pemilih kritis” adalah pemilih yang punya akses ke sumber-sumber informasi sosial-politik secara lebih baik karena mereka memiliki telepon atau cellphone sehingga bisa mengakses internet untuk mengetahui dan bersikap terhadap berita-berita sosial-politik.
“Mereka umumnya adalah pemilih kelas menengah bawah ke kelas atas, lebih berpendidikan, dan cenderung tinggal di perkotaan. Mereka juga cenderung lebih bisa memengaruhi opini kelompok pemilih di bawahnya. Total pemilih kritis ini secara nasional diperkirakan 80%,” tutupnya. ***