RENTAK.ID – Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menganggap cukup mengagetkan apabila seorang komisioner KPU tidak mengetahui kerjasama KPU terkait Pemilu.
Komisioner KPU, August Mellaz, mengaku belum mengetahui perihal kerja sama antara KPU dengan raksasa teknologi asal China, Alibaba sebelumnya.
Informasi ini terkait kerja sama pengadaan dan kontrak komputasi awan (cloud) untuk Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) Pemilu 2024.
Kerja sama KPU dengan Alibaba terungkap dalam persidangan Komisi Informasi Pusat (KIP). Dedi menilai, “Karena kerja komisioner itu kolektif kolegial, meskipun bukan dalam bidangnya tetapi semua keputusan utama di KPU semestinya diketahui semua komisioner,” tegas Dedi saat diwawancarai pada Sabtu (16/3/2024) malam.
Dedi menegaskan bahwa situasi ini cukup kuat menandai jika KPU periode saat ini mempunyai reputasi buruk.
Menurut Dedi, bisa jadi ada dua masalah yang muncul atas ketidaktahuan mellaz sebagai komisioner.
“Pertama; KPU tidak bekerja secara kolektif dan itu jelas melanggar Undang-undang, atau kedua; Mellaz sebenarnya tahu tetapi menyembunyikan kebenaran tentang kerjasama itu, ini pun mencurigakan karena publik seharusnya berhak tahu,” ujarnya.
Saat wartawan mengajukan pertanyaan, Mellaz mengaku bahwa ia belum mengetahui hal tersebut dan akan menanyakan kebenaran hal tersebut kepada Betty Epsilon Idroos selaku Koordinator Divisi Data dan Informasi KPU.
“Saya masih belum tahu ya, nanti kita tanya di internal. Kalau tidak salah itu bagiannya di urusan teknologi informasi di Ibu Betty di situ ya,” ujarnya kepada wartawan pada Jumat (15/3/2024).
Dalam hal ini Dedi menyinggung bahwa komisioner bertanggungjawab atas keputusan kolektif kolegial di KPU dan semua keputusan utama semestinya diketahui semua komisioner.
“Dengan ketidaktahuan Mellaz sebagai seorang komisioner, ini menunjukkan Minimnya koordinasi dan kolegialitas dalam pengambilan keputusan di KPU. Situasi ini, menurut Dedi, dapat merusak reputasi KPU,” tutup Dedi. ***