Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) bukan hanya sebuah bangunan megah, tetapi juga saksi bisu perjalanan panjang literasi di Tanah Air. Sejarahnya bermula dari pendirian Bataviaasch Genootschap pada 24 April 1778, sebuah lembaga ilmu pengetahuan yang menjadi cikal bakal Perpusnas. Lembaga ini beroperasi hingga dibubarkan pada tahun 1950, membuka jalan bagi pengembangan sistem perpustakaan modern di Indonesia.
Tonggak penting berikutnya terjadi pada 17 Mei 1980, ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef, meresmikan berdirinya Perpusnas.
“Inilah wujud nyata komitmen bangsa dalam mengembangkan sistem perpustakaan nasional yang terintegrasi,” tegas Daoed dalam pidatonya.
Awalnya, Perpusnas berada di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setingkat eselon II, di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Lembaga ini lahir dari integrasi empat perpustakaan besar di Jakarta:
- Perpustakaan Museum Nasional
- Perpustakaan Sejarah, Politik, dan Sosial (SPS)
- Perpustakaan Wilayah DKI Jakarta
- Bidang Bibliografi dan Deposit, Pusat Pembinaan Perpustakaan
Perpusnas: Perpustakaan Tertinggi di Dunia
Pencapaian luar biasa terjadi pada 14 September 2017 ketika Presiden ke- 7, Joko Widodo, saat itu meresmikan gedung baru Perpusnas. Gedung ini menjulang setinggi 126,3 meter dengan 27 lantai, termasuk tiga lantai parkir bawah tanah.
“Perpustakaan ini adalah simbol semangat bangsa Indonesia untuk terus belajar, membaca, dan berkembang,” ujar Presiden RI ke- 7 itu dalam sambutannya.
Dengan ketinggian tersebut, Perpusnas resmi dinobatkan sebagai perpustakaan tertinggi di dunia, menggeser Shanghai Library di Tiongkok yang memiliki tinggi 106 meter.
Transformasi dan Inovasi Perpusnas
Perubahan besar juga terjadi dalam struktur organisasi Perpusnas. Melalui Keputusan Presiden (Keppres), dibentuk jabatan deputi setingkat eselon IB dan peningkatan status Perpustakaan Nasional Provinsi menjadi eselon II. Hernandono, MA, MLS, dipercaya memimpin Perpusnas sejak Oktober 1998, melanjutkan visi untuk menjadikan Perpusnas sebagai pusat literasi nasional.
Perpusnas kini menjadi ruang terbuka bagi seluruh masyarakat. Meski koleksi buku tidak dapat dipinjam untuk dibawa pulang, fasilitasnya dirancang untuk mendukung penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang sosial dan humaniora.
Keanekaragaman Layanan dan Fasilitas Modern
Perpusnas menawarkan berbagai fasilitas yang mendukung kebutuhan literasi masyarakat, di antaranya:
- Playground di lantai 7 untuk anak-anak
- Mini Teater di lantai 8 dengan kapasitas 35 penonton
- Layanan Audiovisual di lantai 8
- Pameran Karya Seni di lantai 4
- Kantin di lantai 4
- Layanan Multimedia di lantai 19
- Koleksi Buku Bacaan dan Monograf di lantai 20–24
- Executive Lounge di lantai 24 dengan pemandangan langsung ke Monumen Nasional (Monas)
Gedung megah ini dirancang oleh arsitek ternama Edward Durrell Stone, berdiri di atas lahan seluas lebih dari 28.000 meter persegi. Dengan desain eksterior berlapis bata, gedung ini harmonis dengan lingkungan sekitarnya. Perpusnas memiliki koleksi mencapai 5,9 juta volume buku, 80.000 judul jurnal daring, 700.000 buku elektronik, dan akses ke 200 basis data internasional.
Setiap harinya, hampir 1.000 pemustaka datang untuk memanfaatkan layanan Perpusnas. Lantai 24 menjadi favorit pengunjung karena menghadirkan informasi seputar kekayaan budaya Nusantara serta lounge eksklusif dengan panorama ikonik Jakarta.
Pada 8 Januari 2025, Perpusnas meraih penghargaan sebagai Gedung Perpustakaan Tertinggi di Dunia dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI). Penghargaan ini diterima langsung oleh Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, dari CEO MURI, Jaya Suprana.
“Penghargaan ini adalah bentuk pengakuan atas upaya kami dalam menjadikan Perpusnas sebagai pusat literasi dunia,” ujar Aminudin penuh bangga.
Jam Operasional Perpusnas
- Senin–Jumat: 08.00–19.00 WIB (untuk layanan tertentu)
- Sabtu–Minggu: 09.00–16.00 WIB
- Hari Libur Nasional & Cuti Bersama: Tutup
Identitas Perpusnas dalam Lima Bahasa
Sebagai simbol keberagaman, nama Perpusnas tertera dalam lima bahasa di gedung ini:
- Bahasa Indonesia: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
- Bahasa Inggris: National Library of the Republic of Indonesia
- Bahasa Prancis: Bibliothèque Nationale de la République d’Indonésie
- Bahasa Mandarin: 印度尼西亚共和国国家图书馆
- Bahasa Arab: المكتبة الوطنية لجمهورية إندونيسيا
Lebih dari Sekadar Gedung Tinggi
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia bukan hanya bangunan yang menjulang tinggi di Jakarta, melainkan simbol kecintaan bangsa terhadap ilmu pengetahuan, budaya literasi, dan semangat untuk terus belajar sepanjang hayat. Perpusnas adalah jendela Indonesia untuk dunia. (RKL)
Penulis : Rahmat Kurnia Lubis
Editor : Erka
Sumber Berita : perpusnas.go.id