JAKARTA – Dalam upaya melestarikan budaya bangsa, Kementerian Kebudayaan mendukung penuh pameran etnografi bertajuk Pauleh: A Bridge for Cultural Diplomacy yang digagas oleh Edy Utama.
Pameran ini berlangsung di Makara Art Centre, Universitas Indonesia, Depok, dari 20 hingga 25 November 2025.
Acara ini merupakan langkah awal sebelum pameran serupa digelar di Warsawa, Polandia, dengan dukungan Kementerian melalui Fasilitasi Bidang Kebudayaan.
Menteri Kebudayaan, Dr. Fadli Zon, M.Sc, dalam sambutannya saat membuka acara menekankan pentingnya kebebasan bagi warga negara dalam mengembangkan budayanya.
“Pameran ini adalah bentuk nyata dari amanat Pasal 32 UUD 1945, yang menjamin kebebasan warga negara untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaannya,” ujar Menteri Fadli.
Ia juga mengingatkan bahwa Pencak Silat adalah salah satu dari 13 Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang diakui UNESCO. Oleh karena itu, pelestarian dan pengembangannya menjadi tanggung jawab bersama, khususnya untuk generasi muda. “Meski tantangannya berat, peluang besar terbuka, terutama melalui media baru dan film,” tambahnya.
Menteri Fadli mencontohkan keberhasilan film seperti Merantau dan The Raid dalam memperkenalkan budaya silat ke kancah internasional. Menurutnya, medium seperti film dan pameran seni etnografi mampu mengangkat tradisi lokal ke tingkat global.
Pameran Pauleh sendiri mengangkat tradisi Pencak Silat Minangkabau, khususnya ulu ambek dan silat songsong atau silek galombang. Tradisi ini menampilkan struktur pertunjukan yang kompleks, dengan panggung khas bernama laga-laga atau pauleh.
Menteri Fadli berharap inisiatif seperti ini terus berkembang sehingga budaya Indonesia semakin dikenal dunia. “Dengan semangat ini, tidak mustahil Indonesia bisa menjadi ibu kota budaya dunia di masa depan,” tutupnya. ***