JAKARTA – Kementerian Pertahanan (Kemhan) baru saja mengadakan Forum Komunikasi dan Koordinasi Pelaksanaan Aksi Bela Negara di Jakarta, sebuah kegiatan yang dirancang untuk memperkuat kerjasama antar kementerian dan lembaga dalam melaksanakan Program Bela Negara tahun anggaran 2024. Forum ini menjadi wadah strategis untuk mendorong kolaborasi yang lebih baik dalam membangun kesadaran bela negara di kalangan masyarakat, dunia pendidikan, dan sektor pekerjaan.
Dalam acara tersebut, Dirjen Pothan Kemhan, Mayjen TNI Piek Budyakto, memberikan amanat yang dibacakan oleh Direktur Bela Negara Ditjen Pothan, Brigjen TNI G. Eko Sunarto. Ia menekankan bahwa sinergi antara berbagai instansi pemerintah, TNI, dan Polri sangat penting dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk Program Bela Negara.
“Melalui forum ini, kita berupaya untuk menjalin kolaborasi yang kuat dalam mendukung cita-cita Indonesia Emas 2045. Kesadaran bela negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga setiap warga negara,” ujarnya, Jakarta 26 September 2024.

Beliau menambahkan bahwa setiap individu perlu memiliki kesiapsiagaan menghadapi berbagai ancaman, baik yang bersifat militer maupun nonmiliter. Kesadaran bela negara diharapkan dapat berfungsi sebagai modal sosial yang tangguh bagi bangsa, sehingga semua elemen masyarakat dapat bersatu dalam menjaga kedaulatan negara.
Saat ini, indeks kesadaran bela negara masyarakat Indonesia tercatat cukup tinggi, dengan angka di atas 3,3. Namun, Piek Budyakto mengingatkan bahwa angka tersebut perlu dipertahankan, terutama mengingat potensi ancaman terhadap stabilitas keamanan yang bisa muncul kapan saja. “Kita tidak boleh lengah, karena ketidakstabilan pernah terjadi, seperti di Papua pada 2019,” tegasnya.
Khusus untuk tahun ini, ada beberapa daerah yang menjadi fokus perhatian dalam Program Bela Negara. Piek Budyakto menyebutkan bahwa Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Selatan adalah daerah yang memerlukan perhatian khusus untuk meningkatkan kesadaran bela negara. Beliau menjelaskan bahwa ada lima nilai inti yang harus diperkuat dalam upaya ini:
- Cinta Tanah Air: Memupuk rasa cinta yang mendalam terhadap tanah air sebagai landasan semangat nasionalisme.
- Sadar Berbangsa dan Bernegara: Membangun kesadaran akan identitas sebagai bangsa Indonesia.
- Yakin Pancasila sebagai Ideologi: Menegaskan pentingnya Pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa.
- Rela Berkorban Demi Bangsa: Mendorong setiap warga untuk siap berkorban demi kepentingan negara.
- Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara: Menyiapkan masyarakat dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membela negara.
Beliau juga mencatat bahwa di Sulawesi Selatan, tantangan yang dihadapi khususnya dalam dua aspek: bangga berbangsa dan bernegara, serta kemampuan awal bela negara. Sementara itu, Kepulauan Riau dan Kalimantan Utara juga memerlukan perhatian untuk meningkatkan kesadaran ini.
“Jika kita bisa meningkatkan kesadaran ini, kita akan mampu menciptakan masyarakat yang lebih resilien dan siap menghadapi segala tantangan,” pungkasnya.
Melalui inisiatif ini, Kemhan berharap dapat membangun generasi yang tidak hanya memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara, tetapi juga siap berkontribusi dalam menjaga kedaulatan dan integritas bangsa. Dengan sinergi yang kuat antar semua elemen masyarakat, cita-cita untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 dapat menjadi kenyataan. ***