Amicus Curiae Semakin Membludak, Menunggu Film Eduksi-Dokumenter APDI Meledak

- Penulis

Kamis, 18 April 2024 - 14:21 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Roy Suryo saat syuting film eduksi. (dok pribadi Roy Suryo)

Roy Suryo saat syuting film eduksi. (dok pribadi Roy Suryo)

Oleh : Dr KRMT Roy Suryo

SAYA (sengaja) memilih diksi “membludak” bagaikan Air Bah untuk pilihan kata sangat banyaknya Amicus Curiae (= Sahabat Pengadilan) ini, karena memang sepanjang sejarah perkara di Indonesia, apalagi di Mahkamah Konstitusi (MK), baru saat ini Jumlah masyarakat/kelompok yang mengajukan diri sebagai Amicus Curiae ini sangat banyak. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa Perkara yaang sedang ditangani MK memang mendapat perhatian serius dan berpengaruh terhadap masyarakat.

Sampai dengan kemarin (Rabu, 17/04/24) tercatat tak kurang dari 22 (dua puluh dua) Amicus Curiae ini telah masuk Sekretariat MK, mulai dari 1. Brawijaya (Barisan Kebenaran Untuk Demokrasi), 2. Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), 3. Aliansi Akademisi dan Masyarakat Sipil, Busyro Muqoddas, Saut Situmorang, Feri Amsari, Usman Hamid, Abraham Samad, dll, 5. Oganisasi Mahasiswa UGM-UNPAD-UNDIP-UNAIR. 6. Megawati Soekarnoputri, 7. Forum Advokat Muda Indonesia (FAMI), 8. Yayasan Advokasi Hak Konstitusional Indonesia (YAKIN), 9. Aliansi Penegak Demokrasi Indonesia (APDI) dan 10. Stefanus Hendriyanto,

Ke-11 yakni Indonesian American Lawyers Association (Lia Sundah Suntoso dkk), 12. Reza Indragiri Amriel, 13. Pandji R Hadinoto, 14. Komunitas Cinta Pemilu Jujur dan Adil (KCP-JURDIL), 15. TOP Gun, 16. Pusat Kajian Hukum dan Keadilan Sosial (Center For Law and Social Justice) LSJ Fakultas Hukum UGM, 17. Tim Advokasi Peduli Hukum Indonesia, 18. Gerakan Rakyat Penyelamat Indonesia dengan Perubahan, dan 19 Burhan Saidi Chaniago, 20. Gerakan Rakyat Menggugat,

Sedang ke-21. Tuan Guru Deri Sulthanul Qulub, sampai 22. Habib Rizieq Shihab, Din Syamsudin, Ahmad Shabri Lubis, Yusuf Martak, dan Munarman semuanya telah mengajukan Amicus Curiae.

Tak heran membludaknya Pengajuan Amicus Curiae ini sempat membuat Hakim MK keheranan dan menyatakan bahwa baru kali ini ada sebuah perkara yang sangat menyedot perhatian masyarakat.

Jelas, karena apa yang nanti akan diputuskan oleh MK tgl 22/04/24 yang akan datang akan sangat berpengaruh terhadap Masyarakat, Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak hanya 5 tahun kedepan tetapi bahkan mungkin berlanjut sampai puluhan tahun berikutnya bila modus semacam ini tidak diakhiri. Nepotisme dengan menabrak segala aturan dan merusak tata nilai etika, moral dan hukum akan semakin parah jika dibiarkan.

Inilah waktu yang tepat bagi para Punggawa Hukum di MK tersebut membuktikan kejujuran dan kebenaran hakiki kepada masyarakat Indonesia, karena Keputusan yang akan dihasilkan benar-benar akan menjadi Tonggak sejarah Hukum di Indonesia, laksana kalimat populer “to be or not to be, that’s question”.

Kalimat tersebut adalah solilokui terkenal dari drama “Hamlet” karya William Shakespeare, khususnya dari Adegan 1, Babak 3. Solilokui ini disampaikan oleh Pangeran Hamlet yang membahas tema-tema tentang kematian, bunuh diri, dan dilema eksistensial antara penderitaan dalam hidup dan ketidakpastian apa yang ada setelah kematian. Jadi para Hakim MK memang bagaikan Hamlet dalam Drama tersebut

Baca Juga :  IKN Nusantara terancam Mangkrak, Memang Tidak Layak diteruskan jadi Ibu Kota Negara

Disisi lain mungkin saja ada kekhawatiran tekanan oleh pihak-pihak tertentu (bahkan “guyuran” dari tangan-tangan kotor) yang bisa mempengaruhi keputusan Para “wakil Tuhan” diranah MK tersebut, namun kita tentu semuanya percaya bahwa kehidupan manusia tidak akan kekal di alam fana, karena pertanggungan jawab setelah di alam baka justru yang akan dialami oleh Para Hakim MK tersebut bilamana mereka nekad untuk melakukan hal-hal diluar Etika, Kejujuran, Nurani dan Kebenaran sesungguhnya. Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT tentu tidak Sare dalam melihat apa-apa yang sedang terjadi saat ini.

Jadi selaku Masyarakat yang menginginkan Supremasi Hukum kembali di Indonesia dan Marwah Mahkamah Konstitusi bisa kembali setelah dirusak oleh Perbuatan Curang dan Jahat yang sempat terjadi kemarin, tentu semua berharap Ketok Palu dari Kawasan Merdeka Barat tersebut nantinya benar-bener bisa menyelamatkan Indonesia tidak semakin dalam terpuruk ke jurang Kolusi dan Nepotisme yang sudah terjadi. Apa jadinya kata the Founding Fathers yang sudah memperjuangkan kemerdekaan dan demokrasi semenjak tahun 1945 bahkan di era sebelumnya, kalau di tahun 2024 dirusak oleh kelakuan segelintir oknum yang memperdaya Rakyat dengan ulahnya.

Itulah yaang saat ini juga sedang dikerjakan oleh APDI (Aliansi Penegak Demokrasi Indonesia), karena selain sudah mengirimkan Amicus Curiae pada hari Selasa (16/04/24) kemarin, Aliansi yang beranggotakan Para Pakar IT Independen, TPDI, Perekat Nusantara, IA-ITB, KAPPAK dan KIPP saat ini sedang merampungkan sebuah Film Edukasi-Dokumenter yang memotret Perjalanan Pemilu 2024 di Indonesia.

Sembari menyatakan salute kepada Film “Dirty Vote” yang diproduksi oleh sutradara Dandhy Dwi Laksono & sudah dirilis 11/02/24 lalu. Film yang menampilkan tiga pakar hukum tata negara Indonesia, Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar tersebut telah menunjukkan kepada masyarakat bagaimana mensrea sekaligus trik-trik jahat pelaksanaan Pemilu dan akhirnya memang terjadi.

Sedikit berbeda dengan “Dirty Vote”, Film yang dibuat oleh APDI ini berupa Edukasi-Dikumenter yang mengajukan Fakta Sejarah yang tidak terbantahkan disertai dgn Kajian Ilmiah Komprehensif dari Pelaksanaan Demokrasi Indonesia, khususnya pasca Pelaksanaan Pemilu 2024 yg berlangsung kemarin dan masih menunggu Hasil MK untuk memutuskan “to be or not to be”-nya tersebut. Jadi Film terbaru ini nantinya bukan hanya berisi Dokumentasi tetapi juga Edukasi utk bangsa ini kedepan agat kondisi yang terjadi saat ini InsyaaAllah tidak terulang lagi..

Baca Juga :  BMKG: Jabodetabek Berpotensi Diguyur Hujan di Akhir Januari 2025, Warga Diminta Waspada

Di shooting di kawasan yang sangat Asri diseputaran Tangerang Selatan yang pernah jadi Kawasan Candradimuka Para Aktivis 1998, diiringi suara burung-burung alam dan belasan hewan sebagai makhluk hidup yang dikonservasi dengan baik, Talent yang berperan di film ini saling mengisi dan melengkapi berdasar Referensi dan Background kepakaran dan pengalamannya masing-masing. Dimulai dari Saya, kemudian Dr Ir Leony Lidya MT, Erick S Paat SH MH, Petrus Selestinus SH, Paulet Stanly Jemmy Mokolensang SH, Ir Hairul Anas Suaidi, Ir Akhmad Syarbini, Akhmad Akhyar Muttaqin ST dan diakhiri Kaka Suminta, semua memaparkan dgn sangat komprehensif dan disertai bukti faktual. Masing-masing talent juga dengan santai namun tetap ilmiah memberikan Analisis berbasis sains terhadap apa yang dikemukakan, karena film ini bukan Fiksi tetapi Fakta.

Tema khusus yan diangkat Dimulai dari Curang menuju Kebohongan hingga Kejahatan, MK ungkap Fakta-Fakta Presiden tidak lagi memenuhi Syarat sebagai Kepala Negara, Anomali Presiden, MK dan penyelenggara Pemilu 2024, Integritas vs Klaim SIREKAP hanya Pepesan kosong, Detail Amicus Curiae APDI dan Kecurangan vs integritas Pemilu, Dikemas secara Filmogis dan Sinematografis yang apik, dgn Pengaturan Lighting memenuhi kaidah standar Broadcast (ada Main light, side light, rim light bahkan fill-in light), InsyaaAllah film ini akan nyaman dipirsa dan ramah bagi indra kita. Ditake menggunakan sistem Multi canera dipadukan Inserting Bukti-bukti dan Fakta sesuai Topik yang dibahas secara sistematis membuatnya kronologis dan Terstruktur, meski bukan TSM sebagaimana perilaku kecurangan dan Kejahatan Pemilu yang sudah terjadi.

Jadi, kita tunggu saja Release resmi Film dari APDI ini, judul pasti silakan ditunggu saja saat diumumkan besok saat Mulai Tayang di Social Media, termasuk tentu saja YouTube sebagai Platform utamanya. Bisa “Dirty Election” atau “Memang Curang” bahkan kata lain yang menggelitik, semua memang (sengaja) masih disimpan sebagau Parodi dari Data-data Babon atau Sumber Data Pemilu yang sempat mau disembunyikan oleh KPU beberapa waktu lalu (sebelum KIP akhirnya memerintahkan agar Data-data Publik tsb dibuka). At last but not least, Amicus Curiae akan semakin membludak dan diharapkan Penayangan dan Dampak dari Film Edukasi-Dokumenter APDI ini juga akan meledak.

)* Dr KRMT Roy Suryo, Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen, termasuk salahsatu Talent di Film Edukasi-Dikumenter APDI

Berita Terkait

Megawati Umroh 2025: Mengambil Niat di Masjid Tan’im Bersama Keluarga
Kongres XVIII Muslimat NU: Tiga Program ‘Mustika’ Jadi Sorotan
Berbagai Agenda DPR Hari Ini, Dari Isu Kesehatan Hingga Keamanan Laut
Presiden Turki Erdogan Akan Kunjungi Indonesia, Bertemu Prabowo di Istana Bogor
Menaker Yassierli Dorong Mahasiswa Polteknaker Kuasai AI untuk Masa Depan Cerah
KAI Wisata Hadirkan Lawang Sewu Peace & Love February dan Kompetisi Foto Romantis di Semarang
Ikan Mati Massal di Waduk Jatiluhur Bernilai 2,2 Miliar, KKP Sudah Ingatkan Pembudidaya
[HOAKS] Tautan Pendaftaran Kartu Sembako Murah Beredar di Facebook

Berita Terkait

Selasa, 11 Februari 2025 - 14:23 WIB

Megawati Umroh 2025: Mengambil Niat di Masjid Tan’im Bersama Keluarga

Selasa, 11 Februari 2025 - 11:53 WIB

Kongres XVIII Muslimat NU: Tiga Program ‘Mustika’ Jadi Sorotan

Selasa, 11 Februari 2025 - 09:53 WIB

Berbagai Agenda DPR Hari Ini, Dari Isu Kesehatan Hingga Keamanan Laut

Selasa, 11 Februari 2025 - 02:27 WIB

Presiden Turki Erdogan Akan Kunjungi Indonesia, Bertemu Prabowo di Istana Bogor

Senin, 10 Februari 2025 - 18:46 WIB

Menaker Yassierli Dorong Mahasiswa Polteknaker Kuasai AI untuk Masa Depan Cerah

Berita Terbaru