Internasional – Arab Saudi memotong produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari. Dimulai pada Juli 2023. Hal ini terjadi setelah produsen OPEC+ sepakai dalam pertemuan Wina untuk memperpanjang pengurangan produksi sebelumnya hingga tahun depan.
Langkah sepihak ini untuk menopang harga minyak mentah yang merosot setelah dua pemotongan.
Menteri Energi Saudi Abdulaziz bin Salman mengatakan pemotongan tersebut dapat diperpanjang. “Kami ingin membuat kue es,” tambahnya.
Abdulazis mengatakan pihaknya akan melakukan apapun untuk stabilitas pasar. “Akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk membawa stabilitas ke pasar ini,” kata Abdulaziz seperti dilansir Huffpost.com.
Menurut Abdulazis pemotongan kemungkinan akan mendorong harga minyak dalam jangka pendek. Tetapi dampak setelah itu akan tergantung pada keputusan Arab Saudi.
Wakil Presiden Senior Penelitian Pasan Minyak Jorge Leon menilai langkah tersebut untuk memberikan harga dasar. “Karena Saudi dapat bermain dengan pemotongan sukarela sebanyak yang mereka suka,” katanya.
Kemerosotan harga minyak telah membantu AS mengisi tangki mereka dengan lebih murah dan memberikan kelegaan dari inflasi untuk konsumen di seluruh dunia. “Gas tidak akan menjadi lebih murah, jika ada,, itu akan menjadi lebih mahal sedikit” kata Leon.
Saudi merasa pemotongan diperlukan untuk mengurangi ketidakpastian atas permintaan bahan bakar di bulan-bulan mendatang. Ada kekhawatiran tentang kelemahan ekonomi di AS dan Eropa.
Secara keseluruhan, OPEC+ telah menurunkan produksi sebesar 4,6 juta barel per hari. Tetapi beberapa negara tidak dapat memproduksi kuotanya, sehingga pengurangan sebenarnya sekitar 3,5 juta barel per hari, atau lebih dari 3% pasokan global.
Pemotongan sebelumnya memberikan sedikit dorongan untuk harga minyak. Patokan internasional minyak mentah Brent naik setinggi $87 per barel, tetapi telah melepaskan kenaikan pasca pemotongan dan berada di bawah $75 per barel dalam beberapa hari terakhir. Minyak mentah AS baru-baru ini turun di bawah $70.***