“Segelas Susu yang Mengubah Takdir” (Sebuah Kisah Tentang Kebaikan yang Tak Pernah Sia-Sia)

- Penulis

Rabu, 5 Februari 2025 - 10:08 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA – Malam itu, di balik gemerlap lampu kota yang tak pernah benar-benar tidur, saya menyusuri jalanan dengan penuh kewaspadaan. Lalu lintas yang padat, deru mesin mobil, motor yang melaju kencang, serta langkah-langkah pejalan kaki di trotoar menciptakan irama kota yang akrab. Namun, di tengah kebisingan itu, sebuah kisah sederhana yang mengalun dari radio mobil saya membuat saya tertegun dan meresapi kata-kata ini sejenak, ya, kisah yang mengajarkan bahwa kebaikan kecil bisa mengubah takdir seseorang.

Saking penasarannya dengan kisah ini, sesampai dirumah saya melakukan searching dari mesin pencarian google dengan kata kunci “Lunas dengan Segelas Susu,” ternyata kisah yang sama ini telah beredar luas sebagai inspirasi di internet, yang tentu tidak ada salahnya kita berbagi kebaikan dengan mengutip dan menyebarluaskan kisah inspiratif ini.

Kisah itu bermula dari seorang anak laki-laki miskin yang menjual barang dari rumah ke rumah untuk membiayai sekolahnya, mendapati bahwa dia hanya mempunyai satu sen yang tersisa, dan dia sangat lapar. Ternyata ia tengah berjuang melawan rasa lapar dan dahaga di hari yang berat. Perutnya kosong, dan keberaniannya nyaris habis, tetapi rasa putus asa memaksanya mengetuk sebuah pintu rumah di pinggir jalan.

Baca Juga :  Mengunjungi Kediaman Abah Abuya Syar’i Ciomas: Siapakah Beliau? (Serial III)

Pintu itu terbuka, dan seorang gadis muda menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. Anak laki-laki itu gugup, suaranya hampir tak terdengar ketika dia berbisik,

“Bolehkah aku meminta segelas air?”

Gadis itu mengangguk lembut dan bergegas ke dapur. Namun, alih-alih kembali dengan segelas air, dia datang membawa segelas susu hangat. Anak laki-laki itu menatapnya dengan terkejut, hatinya hangat oleh kebaikan sederhana itu.

Dengan suara yang masih ragu, dia bertanya“Bagaimana aku bisa membayarmu untuk ini?”

Gadis itu tersenyum, matanya memancarkan ketulusan.

“Kamu tak perlu membayar apa pun,” jawabnya lembut. “Membantu orang yang membutuhkan adalah hal kecil yang bisa membuat dunia lebih baik dan orangtuaku telah mengajarkan itu,”tambahnya.

“Aku berterima kasih dari hati yang paling dalam… ” balas anak lelaki setelah menenggak habis susu tersebut.

Waktu berlalu, lima belas tahun kemudian, takdir membawa mereka ke pertemuan yang tak terduga. Sang gadis, yang kini telah menjadi seorang wanita dewasa, terbaring lemah di rumah sakit. Penyakit serius menggerogoti kesehatannya, dan operasi besar menjadi satu-satunya harapan. Namun, ada satu masalah besar, biaya perawatan yang sangat mahal, jauh melampaui kemampuannya.

Dengan hati yang penuh kecemasan, wanita itu menjalani operasi tersebut. Saat operasi selesai dan kesembuhan mulai menghampiri, ketakutan baru muncul saat dia melihat tagihan rumah sakit yang begitu besar. Air mata mengalir di pipinya, bukan karena sakit, melainkan karena rasa putus asa memikirkan bagaimana dia bisa membayar semuanya.

Baca Juga :  Mengunjungi Kediaman Abah Abuya Syar’i Ciomas: Siapakah Beliau? (Serial III)

Namun, di sudut bawah tagihan itu, sebuah catatan kecil menarik perhatiannya:

“Telah dibayar lunas dengan segelas susu.”
Tertanda: Dr. Howard Kelly

Wanita itu tertegun. Air matanya mengalir deras, kali ini bukan karena kesedihan, melainkan karena haru yang tak terbendung. Dokter yang menyelamatkan hidupnya adalah anak laki-laki kelaparan yang pernah ia tolong bertahun-tahun lalu hanya dengan segelas susu.

Kisah ini mengajarkan bahwa setiap kebaikan, sekecil apa pun, tak pernah sia-sia. Seperti yang dikatakan Dr. Kelly, “Hidup bukan hanya tentang apa yang kita dapatkan, tetapi tentang apa yang kita berikan. Kebaikan kecil hari ini bisa menjadi penolong di masa depan.”

Begitulah hidup, sebuah lingkaran kebaikan yang selalu kembali di waktu yang tak terduga. Jangan ragu berbuat baik dan jangan mengharap balasan. Pada akhirnya, buah perbuatan akan selalu mengikuti kita. We will harvest what we plant.

Cerita telah disadur dari buku pengalaman dr. Howard dalam perjalanannya melalui Northern Pennsylvania, AS (RKL)

Penulis : Rahmat Kurnia Lubis

Editor : Erka

Sumber Berita : dr. Howard Kelly

Berita Terkait

Mengunjungi Kediaman Abah Abuya Syar’i Ciomas: Siapakah Beliau? (Serial III)

Berita Terkait

Minggu, 9 Februari 2025 - 02:15 WIB

Mengunjungi Kediaman Abah Abuya Syar’i Ciomas: Siapakah Beliau? (Serial III)

Rabu, 5 Februari 2025 - 10:08 WIB

“Segelas Susu yang Mengubah Takdir” (Sebuah Kisah Tentang Kebaikan yang Tak Pernah Sia-Sia)

Berita Terbaru