RENTAK.ID – Beberapa waktu belakangan, sepak bola Italia tiada henti dirundung duka. Setelah kegagalan para wakil Italia di final antarklub Eropa, kali ini hal sama menimpa timnas Italia di semifinal Liga Nasional Eropa.
Kekalahan 1-2 dari Spanyol di semifinal Liga Nasional Eropa, Jumat (16/6/2023) dini hari WIB, di Stadion De Grolsch Veste, Enschede, Belanda, melengkapi penderitaan sepak bola Italia dalam beberapa waktu belakangan.
Asa Italia untuk menemukan penawar luka di laga ini justru berakhir dengan puncak nestapa. Pekerjaan rumah berat pun menanti Pelatih Italia Roberto Mancini dalam membenahi kinerja lini depannya.
Hingga pertengahan 2023, sepak bola Italia terus dirundung duka. Setelah kegagalan tiga wakil Italia, yaitu Inter Milan, AS Roma, dan Fiorentina, di final turnamen antarklub Eropa, kali ini giliran timnas Italia yang menelan pil pahit dengan gagal melaju ke final Liga Nasional Eropa.
Kegagalan menaklukkan Spanyol bak membuka luka lama bagi Italia. Di fase yang sama pada Liga Nasional Eropa 2021, Italia juga kalah dengan skor yang identik. Kali ini, mimpi buruk Italia hadir di menit-menit akhir. Setelah mampu menyamakan kedudukan di babak pertama, gol telat penyerang pengganti Spanyol, Joselu, dua menit jelang pertandingan berakhir benar-benar menyudahi perlawanan Italia.
”Spanyol pantas menang meskipun mereka mencetak gol di menit akhir. Bermain dengan cara yang sedikit berbeda dari biasanya secara taktik mungkin pada akhirnya merugikan kami,” kata Mancini seusai pertandingan dikutip dari laman resmi UEFA.
Gol pembuka kemenangan Spanyol dilesakkan Yeremy Pino saat laga baru berjalan tiga menit. Penyerang asal klub Villarreal itu merebut bola dari kaki bek veteran Italia, Leonardo Bonucci, lalu dengan tenang menaklukkan kiper Gianluigi Donnarumma.
Kelengahan dipertontonkan barisan belakang Italia yang mencoba membangun serangan dari kiper. Spanyol yang mencium upaya tersebut langsung menekan dengan empat pemain di area pertahanan Italia. Para pemain Spanyol berusaha menutup jalur umpan Bonucci. Dalam sedikitnya pilihan mengalirkan bola itu, Pino dengan cepat menyergap Bonucci dan dengan sekali sentuhan langsung mencetak gol.
Italia merespons gol Spanyol dengan lebih meningkatkan intensitas serangan. Gelandang bertahan Italia, Jorginho, berperan sangat sentral dalam sejumlah momen serangan Italia. Jorginho melepaskan umpan-umpan progresi yang akurat, salah satunya kepada Nicolo Zaniolo. Bola sepakan Zaniolo menyentuh tangan bek Spanyol, Robin Le Normand. Wasit menunjuk titik putih dan Ciro Immobile menjalankan tugasnya dengan sangat baik untuk menyamakan kedudukan.
”Sihir” Jorginho tidak berhenti di sana. Sekali lagi ia menunjukkan kemampuan membaca pergerakan rekan setimnya saat melepaskan umpan terukur kepada Davide Frattesi. Jorginho dengan jeli memanfaatkan garis pertahanan medium Spanyol untuk mengirimkan bola ke area antara kiper dan bek. Upaya itu dimanfaatkan dengan baik oleh Frattesi untuk menaklukkan kiper Unai Simon. Namun, wasit menganulir gol tersebut karena Frattesi sudah lebih dulu berada dalam posisi offside.
Lebih agresif
Skor 1-1 bertahan hingga jeda. Di babak kedua, Spanyol bermain jauh lebih agresif. Secara total, tim ”Matador” menciptakan tujuh tembakan tepat sasaran ke gawang sepanjang pertandingan. Spanyol juga unggul dalam penguasaan bola yang mencapai 61 persen berbanding 39 persen milik Italia. Peluang paling berbahaya diciptakan Alvaro Morata di tengah kemelut pada area penalti Italia. Akan tetapi sepakan Morata dari jarak dekat masih melenceng.
Agresivitas Spanyol memaksa Mancini untuk mengubah pendekatan. Mantan manajer Manchester City tersebut mengganti formasi Italia dari menggunakan tiga bek menjadi empat bek. Mancini mengakui pilihan itu akan membuat Spanyol mendominasi penguasaan bola karena kalah jumlah gelandang. Pelatih Spanyol Luis de la Fuente menggunakan formasi 4-2-3-1 yang berarti Spanyol unggul lima gelandang berbanding empat gelandang Italia di babak kedua.
Spanyol pantas menang meskipun mereka mencetak gol di menit akhir. Bermain dengan cara yang sedikit berbeda dari biasanya secara taktik mungkin pada akhirnya merugikan kami.
Hasilnya, Joselu membawa Spanyol kembali unggul setelah membelokkan sepakan Rodri dari luar kotak penalti. Pilihan untuk bertahan lebih merapat ke tengah membawa konsekuensi bagi Italia karena sektor sayap menjadi bulan-bulanan para pemain Spanyol. Gol Joselu berawal dari serangan di sektor sayap.
”Saya benar-benar tidak segera merayakannya ketika Joselu menerkam tembakan saya dan mencetak gol. Dia telah menemukan ruang yang sempurna dan mengatur waktunya dengan sangat baik. Jenis striker seperti inilah yang kami butuhkan,” kata Rodri.
Bagi Spanyol, kemenangan ini cukup untuk memulihkan kembali kepercayaan diri mereka yang sempat turun usai kalah 0-2 dari Skotlandia di kualifikasi Piala Eropa 2024. Adapun Italia semakin terpuruk dengan rentetan kegagalan demi kegagalan. Sebelum ini, Italia gagal lolos ke Piala Dunia 2018 dan 2022.
Mancini mengatakan, proses pembenahan di tubuh timnas Italia masih terus berlangsung. Bakat-bakat bagus Italia mulai terlihat di posisi bek dan gelandang. Hanya saya, menurut Mancini, timnas Italia masih kekurangan penyerang berkualitas. Saat ini lini depan Italia masih bertumpu pada penyerang veteran, Ciro Immobile.
”Bakat datang secara bergelombang. Saat ini kami memiliki gelandang dan bek yang bagus, tapi kami kekurangan penyerang yang hebat, saya tidak tahu kenapa,” ujar Mancini.
Di final, Spanyol sudah ditunggu Kroasia yang pada laga lainnya mengalahkan tuan rumah Belanda, 4-2. Pertemuan terakhir kedua negara terjadi pada babak 16 besar Piala Eropa 2020. Saat itu, Spanyol menang 5-3 melalui babak perpanjangan waktu setelah bermain imbang, 3-3 di waktu normal. (AFP/REUTERS)