LOS ANGELES – Kebakaran hebat yang melanda Los Angeles, Amerika Serikat, terus meluas dan menjadi salah satu bencana paling mahal dalam sejarah negara tersebut. Hingga Minggu (11/1) sore waktu setempat, jumlah korban jiwa tercatat mencapai 24 orang, sementara sekitar 9.000 bangunan hancur atau mengalami kerusakan parah.
Meskipun penyebab pasti kebakaran belum diumumkan secara resmi, sejumlah pakar telah mengidentifikasi beberapa faktor utama yang dianggap memperburuk bencana ini.
1. Angin Santa Ana: Faktor Percepat Api
Api yang mulai berkobar pada Selasa (7/1) dengan cepat menyebar dalam waktu singkat, terutama karena hembusan Angin Santa Ana yang mencapai kecepatan hingga 160 km/jam.
“Angin Santa Ana memperparah situasi dengan membawa udara kering dari pedalaman, yang membuat vegetasi semakin mudah terbakar,” ungkap laporan dari Live Science. Fenomena ini terjadi akibat tekanan tinggi di wilayah Great Basin yang memaksa udara bergerak cepat melalui pegunungan menuju California Selatan.
2. Krisis Iklim Memperparah Situasi
Perubahan iklim juga dianggap sebagai penyebab utama kebakaran ini semakin tidak terkendali. Stefan Doerr, Direktur Pusat Penelitian Kebakaran Liar di Universitas Swansea, menyatakan bahwa peningkatan suhu global telah memperpanjang musim kebakaran di wilayah California.
“Musim kebakaran di California kini berlangsung lebih lama dibandingkan beberapa dekade sebelumnya. Ini adalah dampak nyata dari krisis iklim,” kata Doerr kepada Anadolu Agency. Ia juga menambahkan bahwa vegetasi kering, tanah gersang, dan kelembapan rendah adalah kombinasi berbahaya yang memicu bencana besar.
3. Kesulitan dalam Pemadaman Api
Upaya memadamkan kebakaran menghadapi banyak tantangan, salah satunya adalah minimnya pasokan air. Waduk Santa Ynez, yang biasanya mampu menampung hingga 117 juta galon air, telah ditutup sejak awal 2024. Akibatnya, banyak hidran di area Palisades yang mengering.
“Saat kami mencoba mengisi ulang kendaraan pemadam, tekanan hidran tiba-tiba hilang,” ungkap salah satu petugas pemadam kebakaran.
Selain itu, helikopter pemadam tidak dapat beroperasi akibat angin kencang yang membahayakan penerbangan. “Bahkan jika hidran berfungsi penuh, skala kebakaran ini terlalu besar untuk ditangani dengan mudah,” ujar seorang ahli kebakaran.
Berdasarkan estimasi awal, kebakaran ini diperkirakan menjadi bencana paling mahal dalam sejarah AS, dengan kerusakan fisik dan biaya penanganan yang sangat tinggi.
“Kami belum pernah menghadapi kebakaran sebesar ini sebelumnya,” kata seorang analis bencana.
Hingga kini, pemerintah setempat terus mengerahkan segala sumber daya untuk mengatasi situasi. “Kami bekerja keras untuk melawan api dan mencegah kerusakan yang lebih luas,” ujar salah satu anggota tim penyelamat.
Dengan kondisi yang masih belum terkendali, kebakaran ini menjadi pengingat akan pentingnya mitigasi perubahan iklim dan manajemen risiko bencana yang lebih baik.(***)