JAKARTA – Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru dalam pemanfaatan teknologi digital, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek terus menjalankan Program Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (PembaTIK) sejak 2017 hingga 2024.
Program ini melibatkan guru dan tenaga kependidikan dari seluruh Indonesia dan bertujuan untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses belajar-mengajar.
Pada 19 Oktober 2024, PembaTIK mengadakan kuliah umum bertema “Inovasi Pembelajaran Digital dengan Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI)” yang disiarkan melalui YouTube Rumah Belajar Kemdikbud.
Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz, menjadi pembicara utama dengan memaparkan tiga program prioritas, tantangan global, serta pentingnya kecerdasan buatan dalam pelestarian bahasa daerah.
Tiga Program Prioritas Badan Bahasa
Aminudin menjelaskan bahwa Badan Bahasa fokus pada tiga program utama: literasi kebahasaan dan kesastraan, perlindungan bahasa dan sastra, serta internasionalisasi Bahasa Indonesia.
“Kami berkomitmen untuk memperkuat literasi bahasa dan sastra, melindungi bahasa yang terancam punah, dan mempromosikan Bahasa Indonesia di kancah internasional,” ujarnya.
Program ini ditujukan untuk melindungi bahasa daerah yang kian terancam punah. Berdasarkan data UNESCO, satu bahasa daerah punah setiap dua minggu. Dari 7.000 bahasa daerah di dunia, Indonesia memiliki 718 yang tersebar luas, menjadikan Indonesia salah satu negara dengan ancaman kepunahan bahasa tertinggi.
“Dalam dua minggu, satu bahasa daerah hilang. Dan ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Namun, dengan banyaknya bahasa daerah yang kita miliki, tantangan ini semakin nyata,” kata Aminudin.
Peran Artificial Intelligence dalam Bahasa Daerah
Pemanfaatan kecerdasan buatan menjadi salah satu strategi dalam melestarikan bahasa daerah. AI dapat membantu mempercepat proses penerjemahan antarbahasa, baik dari Bahasa Indonesia ke bahasa daerah maupun antarbahasa daerah. Proyek penerjemahan ini diharapkan mampu menjembatani kesenjangan komunikasi di antara komunitas multibahasa di Indonesia dan meningkatkan penggunaan bahasa daerah di berbagai sektor.
“Kami menginisiasi proyek penerjemahan antarbahasa yang bertujuan memperluas akses informasi bagi masyarakat yang berbicara berbagai bahasa daerah. Ini akan mempromosikan penggunaan bahasa daerah di berbagai bidang,” jelasnya.
Aminudin juga mencatat pergeseran perilaku masyarakat dalam hal pelayanan publik. “Ternyata 62% pengguna lebih memilih menggunakan chatbot berbasis AI daripada menunggu layanan dari petugas manusia. Ini menunjukkan bahwa teknologi mengubah pola komunikasi kita,” tegasnya.
PembaTIK dan Duta Teknologi
Sejak diluncurkan pada 13 Juni 2024, Program PembaTIK telah diikuti oleh 319.743 guru. Program ini terdiri dari empat level: literasi, implementasi, kreasi, dan berbagi & berkolaborasi. Para peserta terbaik dari setiap provinsi kini memasuki Level 4, di mana mereka bersaing untuk menjadi Duta Teknologi yang akan mempromosikan penggunaan TIK dalam pembelajaran.
Duta Teknologi adalah guru yang telah menyelesaikan seluruh tahapan PembaTIK dan menjadi inspirator dalam penerapan teknologi pendidikan di daerah mereka masing-masing.
“Mereka akan menjadi penggerak utama pemanfaatan teknologi di sekolah-sekolah, sekaligus mitra dinas pendidikan dalam menerapkan Kurikulum Merdeka,” tambah Aminudin.
Dengan inisiatif ini, Kemendikbudristek berharap dapat menciptakan ekosistem pembelajaran yang kolaboratif dan inovatif di seluruh Indonesia, sekaligus melestarikan warisan bahasa daerah di era digital. ***