Harry Dagoe Luncurkan Cuplikan Film “TERIKAT JALAN SETAN”: Ketika Dunia Modern dan Mistis Bertabrakan
- account_circle Redaksi Rentak
- calendar_month Ming, 20 Apr 2025

Sutradara Harry Dagoe bersama peman film Terikat Jalan-Setan (ist)
JAKARTA – Sutradara kawakan Harry Dagoe Suharyadi secara resmi meluncurkan poster dan cuplikan berdurasi 8 menit dari film terbarunya yang bertajuk Terikat Jalan Setan.
Dalam kesempatan itu, ia tak hanya berbicara soal film, tapi juga membuka ruang batin masa lalunya yang menjadi inspirasi kuat karya ini.
“Sejak kecil, saya hidup di antara dua dunia,” ujar Harry saat membuka sesi perkenalan film di Kebayoran Baru, Sabtu (19/4/2025).
“Satu dunia bergerak cepat: dari petromaks ke listrik, dari radio ke televisi, lalu internet. Sementara yang satu lagi lebih sunyi, tapi tak pernah absen — dunia gaib, perdukunan, okultisme, dan ritual-ritual mistis yang berjalan berdampingan dengan kemajuan.”
Film Terikat Jalan Setan merupakan eksplorasi pribadi Harry sejak tahun 1979 hingga kini, merekam dinamika keberadaan ilmu hitam, iblis, dan kepercayaan terhadap setan yang masih menghantui masyarakat modern.
Ia menyebut film ini lahir dari keresahannya melihat fenomena orang-orang yang tertekan oleh kerasnya hidup dan akhirnya mencari jalan pintas melalui dunia gaib.
“Tekanan hidup hari ini kadang lebih menghimpit daripada zaman penjajahan,” ujar Harry. “Banyak orang modern, tapi tetap percaya dukun. Mereka tersesat karena keputusasaan.”
Film ini membingkai tiga cerita horor yang saling terjalin, semuanya bersumber dari praktik okultisme lokal—khususnya di tanah Jawa. Namun, alih-alih mengadopsi gaya visual horor Barat, Harry menekankan pentingnya pendekatan yang setia pada akar budaya sendiri.
“Buat saya, memindahkan okultisme lokal dengan gaya Barat itu seperti memperkosa budaya,” tegasnya. “Saya ingin penonton merasa takut, tapi juga tergugah secara emosional. Bukan hanya terkejut oleh efek visual, tapi menyimpan bekas rasa bahkan setelah keluar dari bioskop.”
Film ini menghadirkan aktor dan aktris berpengalaman serta generasi muda berbakat. Salah satu pemeran utama, Yama Carlos, yang memerankan tokoh Bismo, mengaku merasakan pengalaman berbeda selama proses syuting.
“Mas Harry itu gila kalau sudah menyutradarai,” ungkap Yama. “Selama 25 tahun saya berkarya, belum pernah mengalami metode pengadeganan yang seintens ini. Kami benar-benar larut dalam cerita. Rasanya bukan acting, tapi seperti mengalami langsung: cinta, marah, bahkan bertemu sosok gaib.”
Hal serupa juga dialami aktris senior Erna Santoso. Ia menceritakan kejadian aneh saat pengambilan gambar malam hari.
“Saya tiba-tiba kena vertigo dan lupa dialog. Tapi Mas Harry hanya tenang, pelan-pelan nenangin saya. Anehnya, beberapa menit kemudian, katanya adegan itu udah kelar dan hasilnya bagus banget,” katanya.
“Saya juga sempat merasa ada gempa. Tapi, ternyata hanya saya yang merasakannya.”
Film ini juga menandai kembalinya Elly Ermawaty—lebih dikenal sebagai Mantili dari Saur Sepuh—ke layar lebar. Didukung pula oleh talenta muda seperti Erlando Saputra, Dessy Murthy, Gabriella Larasati, Della Ogini, Haniv Hawakin, Madeline, dan Mervinta.
Pengamat film senior Yan Wijaya sempat mengunjungi lokasi syuting di kawasan Papandayan, Garut. Ia menyebut film ini menyimpan banyak penghormatan sinematik.
“Harry Dagoe bahkan menyisipkan satu shot khusus sebagai tribut bagi maestro film dunia idolanya. Ini seperti kode cinta bagi para penikmat film sejati,” tuturnya.
Salah satu adegan yang diprediksi akan membekas di benak penonton adalah kemunculan sosok gaib dari jantung pisang saat malam purnama — visual yang kuat dan khas budaya lokal.
Peluncuran ini juga menjadi ajang syukuran atas selesainya proses produksi film. Harry Dagoe mengajak semua pihak untuk merenungkan batas kabur antara dunia modern dan mistis.
“Apa yang terjadi ketika batas antara modernitas dan mistisisme runtuh?” tanyanya lirih. “Film ini adalah jawaban sekaligus pertanyaan yang saya ajukan kepada kita semua.”
Film Terikat Jalan Setan dijadwalkan akan segera tayang di bioskop-bioskop seluruh Indonesia. ***
- Penulis: Redaksi Rentak