Membajak Karya

Hang Tuah sang pendekar Melayu (ilustrasi)

Oleh Thompson Hs

PERAMPOK di laut sering disebut bajak laut. Cerita sekitar bajak laut itu bisa digambarkan selogis mungkin seperti yang diceritakan melalui heroisme Hang Tuah bertempur dengan Han Jebat. Hang Tuah menjadi sering dianggap pahlawan Melayu melalui gambaran hikayat itu.

Lalu Hang Jebat itu siapa sesungguhnya? Ada yang mencatat bahwa dialah tokoh perompak itu. Detail ceritanya perlu dibaca ulang. Tokoh-tokoh dalam hikayat Melayu itu dapat dilihat sebagai nama-nama jalan yang berdekatan, selain pahlawan-pahlawan kemerdekaan di Indonesia.

Ciri-ciri bajak laut tampaknya bisa dibandingkan dengan bajak darat. Meskipun bajak darat tidak begitu populer melalui cerita. Namun di daratan saya kira ada nama Jalan Bajak. Mungkin bajak yang dirujuk di situ adalah sebuah alat untuk membajak ladang atau sawah. Bajak ladang atau bajak sawah sungguh mulia seperti orang tani orang mulia. Alat pertanian serupa bajak itu layak dijadikan benda cagar budaya dan menjadi bahan pajangan di museum-museum.

Masyarakat agraris yang menggunakan bajak sudah berlalu. Mesin pengolah pertanian dengan berbagai merek tinggal beli dan jangan tanggung dengan jumlah lahan garapan jika sudah menggunakan mesin. Sebelum ada mesin tenaga manusia dan hewan digunakan untuk membajak. Di negara-negara berteknologi tinggi seperti Finlandia, Israel, Jerman, Jepang, dan lain-lain mesin pertanian dengan sistem robotik malahan sudah menggantikan tenaga lama. Bahkan berbagai pekerjaan akan digantikan oleh tenaga robot di tahun-tahun mendatang.

Satu-satunya pekerjaan yang menarik perhatian di masa depan adalah bajak karya. Pembajakan karya itu dapat dilakukan dari mana saja, bahkan tempat-tempat yang tak mungkin dijangkau. Pemilik karya yang merasa karyanya dibajak juga akan merasa tidak terlindungi oleh kebijakan negaranya. Apalagi dengan alasan tidak terdaftar dan tanpa laporan monetisasi.

Sebaliknya para pembajak karya terus bekerja dengan akses monetisasi. Bajak karya itu bisa jadi menjadi pekerjaan mulia di masa mendatang. Maka berkaryalaj untuk para bajak karya. Mereka sedang berkeliaran di mana-mana. Mereka bisa berganti modus dengan dasa-rupa di dunia digital.

Bajak karya itu akal-akalan di dunia nyata. Sedangkan di dunia maya lagaknya sebagai pekarya.

Jangan-jangan Hang Lekiu termasuk bajak darat.

(Siantar – Tiga Balata, 14 Juli 2023)

Pos terkait