RENTAK.ID, JAKARTA – Dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, mengenakan kebaya Puan Maharani membacakan teks pembukaan UUD 1945 dengan lantang dari atas podium.
“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur,” demikian sebagian kutipan teks pembukaan UUD 1945 yang dibacakan Puan.
Dalam peringatan Hari Lahir Pancasila, Puan mengajak seluruh masyarakat Indonesia mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah berkorban demi tercapainya kemerdekaan Indonesia.
Lahirnya Pancasila sebagai Dasar Negara berawal dari gagasan Proklamator RI, Sukarno, yang kemudian disampaikannya dalam pidato di sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
“Para pendiri bangsa telah merumuskan Dasar Negara Indonesia dengan berbagai perjuangan serta tantangan. Sebagai generasi penerus, kita harus dapat memaknai Pancasila sebagai landasan berperilaku dalam hidup bermasyarakat,” kaga Ketua DPR ini.
Cucu Bung Karno itu pun mengajak masyarakat untuk terus melanjutkan perjuangan para pendiri bangsa, khususnya bagi generasi muda yang merupakan generasi masa depan Indonesia. Menurut Puan, Pancasila harus selalu dijadikan pedoman dalam hidup berbangsa dan bernegara.
“Bahwa kita semua memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945,” tuturnya.
Puan menyoroti pentingnya pengaktualisasian Pancasila kepada generasi muda. Sebagai calon pemimpin di masa datang, generasi muda perlu memiliki pedoman yang berlandaskan Pancasila sebagai dasar negara.
“Aktualisasi Pancasila bertujuan untuk menjaga keberlanjutan dan relevansi nilai-nilai luhur Pancasila dalam menjawab tantangan dan perubahan zaman,” kata Puan.
“Selain itu penerapan nilai-nilai Pancasila penting dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari individu, keluarga, masyarakat, hingga bangsa secara keseluruhan,” sambungnya.
Puan menyebut, dalam pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945, dijelaskan bahwa intisari dari Pancasila ialah gotong royong. Pernyataan itu lah yang membakar semangat rakyat agar bersatu membangun negeri ini.
“Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho lopis kuntul baris buat kepentingan bersama. Dari semua untuk semua,” ujar Puan mengutip perkataan Bung Karno.
Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu menekankan, generasi muda perlu diingatkan tentang pembelajaran sikap gotong royong. Puan menilai, generasi muda harus selalu diingatkan bahwa semua rakyat Indonesia memiliki peran dan kontribusi penting dalam masyarakat.
“Pembelajaran sikap gotong royong menjadi penting karena memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk memahami arti penting dari kerja sama dan saling membantu dalam kehidupan sehari-hari,” papar mantan Menko PMK ini.
Dengan pondasi berazaskan gotong royong, generasi muda dinilai akan mudah mengentaskan sikap anti-perbedaan dan keberagaman yang tengah menjadi ancaman generasi penerus bangsa. Puan mengatakan, generasi muda harus dapat memahami Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa di tengah majemuknya bangsa Indonesia.
“Untuk mengikat perbedaan dalam satu kesatuan bangsa dibutuhkan nilai bersama, yang dirangkum dalam Pancasila. Pancasila adalah kesepakatan final dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” sebut mantan Menko PMK itu.
Puan pun mengapresiasi adanya PP No 4 Tahun 2022 tentang Standar Nasional Pendidikan untuk mendorong penanaman Pancasila kepada generasi muda. Pancasila kini kembali jadi mata pelajaran wajib yang di dalamnya terdapat elemen Pendidikan Kewarganegaraan.
“Pendidikan merupakan sarana penting dalam mengaktualisasikan Pancasila. Sekolah menjadi tempat yang ideal untuk mengajarkan nilai-nilai Pancasila secara sistematis dan kontekstual,” terang Puan.
Meskipun begitu, pembelajaran Pancasila bagi generasi muda saat ini dinilai tak bisa hanya sekadar melalui pemahaman substansi dan teori. Puan menyebut, harus ada upaya yang lebih modern dalam mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda.
“Sebagai generasi yang kritis dan di tengah berkembangnya era digital, generasi muda perlu mendapat aspek-aspek afeksi dalam mengaktualisasi Pancasila,” ucapnya.
“Mereka juga perlu diajarkan untuk mendengarkan perspektif orang lain dengan terbuka, menghargai perbedaan, dan berusaha mencari solusi yang inklusif dan adil bagi semua pihak,” tambah Puan.
Selain pembelajaran konvensional di lembaga pendidikan, Puan mendorong Pemerintah menggencarkan pembelajaran ideologi Pancasila kepada generasi muda melalui sarana media sosial.
Berkaca pada Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2022 remaja Indonesia (usia 13-18 tahun) paling banyak menggunakan internet daripada kelompok usia lain, yaitu 99,16 persen. Yang diartikan bahwa hampir semua remaja Indonesia menggunakan internet.
“Harus ada pola kebaruan dalam mensosialisasikan Pancasila kepada generasi muda kita. Dengan membuat muda aktulisasi Pancasila, kita berharap generasi muda dapat memanifestasikan nilai-nilai perjuangan bangsa secara lebih khidmat,” tuturnya.
Iapun meyakini, generasi muda tetap berpegang teguh pada dasar negara Bangsa di tengah perkembangan zaman yang begitu pesat.
“Saya percaya, generasi muda terus memegang teguh aktualisasi Pancasila berdasarkan nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia yakni musyawarah, gotong royong, toleransi dan kerukunan antar sesama anak bangsa tanpa melupakan jati diri mereka,” tutup Puan. ***