Dugong Mamalia Laut Terdampar di Pantai Mamuju, Jenis Sapi Laut Yang Harus Dilestarikan

Penampakan Duyung atau dugong di lautan bebas. (ist)

RENTAK.ID – Duyung atau dugong (Dugon dugon) ditemukan terdampar dalam keadaan mati di pesisir Pantai Jalan Arteri Mamuju, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat pada Rabu, (24/5/2023) lalu.

Duyung atau dugong (Dugong dugon) adalah sejenis mamalia laut yang merupakan salah satu anggota Sirenia atau sapi laut yang masih bertahan hidup selain manatee dan mampu mencapai usia 22 sampai 25 tahun.

Bacaan Lainnya

Duyung bukanlah ikan karena menyusui anaknya dan masih merupakan kerabat evolusi dari gajah. Ia merupakan satu-satunya hewan yang mewakili suku Dugongidae.

Selain itu, ia juga merupakan satu-satunya lembu laut yang bisa ditemukan di kawasan perairan sekurang-kurangnya di 37 negara di wilayah Indo-Pasifik, walaupun kebanyakan duyung tinggal di kawasan timur Indonesia dan perairan utara Australia.

Terkait terdamparnya duyung tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) gerak cepat melakukan penanganan dugong sepanjang 2,7 meter melalui penenggelaman tersebut dilakukan oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar salah satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) KKP.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Laut Firdaus Agung K Kurniawan menjelaskan bahwa penanganan yang dilakukan oleh BPSPL Makassar telah sesuai dengan prosedur yang berlaku untuk menangani mamalia laut terdampar.

“Menenggelamkan adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menangani dan mengevakuasi mamalia laut terdampar,” ujar Firdaus dalam keterangannya, Minggu (28/5/2023).

Dugong merupakan salah satu biota laut yang langka dan dilindungi oleh negara melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa serta Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 79 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional Konservasi Mamalia Laut.

Dugong juga termasuk spesies langka yang terancam punah dan tersebar di wilayah Indonesia salah satunya wilayah Sulawesi. Kelangkaan dan keterancaman ini diakibatkan siklus reproduksi yang rendah serta kerusakan area tempat makan (feeding ground), tempat mengasuh anak (nursery ground) dan tempat bereproduksi (spawning ground). Selain itu, perburuan ilegal dugong juga berdampak pada meningkatnya ancaman kepunahan dari spesies dugong yang ada di Indonesia.

Duyung atau dugong yang dievakuasi di pantai mamuju. (ist)

Sementara itu, Kepala BPSPL Makassar Getreda Melsina Hehanussa menjelaskan bahwa pihaknya menerima informasi dugong terdampar dalam kondisi mati dengan kode 2 dari pegawai SKIPM Mamuju dan langsung berkoordinasi dengan instansi terkait seperti Satwas PSDKP Mamuju, DKP Provinsi Sulbar, Polairud Polda Sulbar dan masyarakat sekitar TPI Kasiwa Mamuju untuk meninjau langsung lokasi mamalia laut terdampar.

“Berdasarkan hasil identifikasi dan pengukuran morfometrik yang dilakukan oleh tim respon cepat di lapangan, dugong tersebut berjenis kelamin jantan, panjang tubuh sekitar 2,7 meter dan lebar bagian dada sekitar 0,9 meter. Saat ditemukan, dalam kondisi baru mati dan belum membengkak,” jelasnya.

Getreda juga mengungkapkan atas kesepakatan bersama dan mempertimbangkan keterbatasan tenaga di lapangan, tim respon cepat menangani bangkai dugong dengan cara ditenggelamkan yakni mengikat bangkai dugong dan ditarik dengan kapal menuju ke wilayah laut lepas. Setiba di lokasi penenggelaman, bangkai dugong kemudian diikat dengan pemberat sekitar 250 kilogram untuk memudahkannya tenggelam di perairan berkedalaman sekitar 200 m pada koordinat -2.66158 OLS dan 118.876686 OBT. Proses tersebut berlangsung selama kurang lebih 2,5 jam.

Penanganan secara cepat terhadap biota laut yang terdampar, dilakukan sejalan dengan komitmen Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono untuk mengelola sumber daya perikanan dengan baik, termasuk mamalia laut jenis dugong sebagai salah satu biota langka dan dilindungi oleh negara.

Habitat untuk duyung meliputi daerah pesisir, dangkal sampai sedang dalam, perairan hangat (minimum 15-17 °C dengan termoregulasi perilaku), padang lamun yang mendukung spesies lamun tropis dan tropis, terutama spesies serat rendah. Duyung menunjukkan variabilitas yang besar dalam pola pergerakan dan migrasi, tergantung pada wilayah dan pengaruh suhu musiman atau curah hujan pada ekosistem.

Populasi duyung ini ada di lima negara / wilayah (Australia, Bahrain, Papua Nugini, Qatar dan Uni Emirat Arab) mendukung subpopulasi besar duyung (ribuan) dengan puluhan ribu duyung di Australia utara / Papua Nugini saja. Persentase individu dewasa cenderung bervariasi antara berbagai subpopulasi, namun kemungkinan berada di antara 45% dan 70%. Informasi genetik tentang populasi duyung sebagian besar terbatas pada wilayah Australia. IUCN mencatat bahwa populasi duyung mulai menurun dan statusnya menjadi rentan pada tahun 2008. ***

Pos terkait